Total Tayangan Halaman

Rabu, 13 April 2011

MATI SURI: BUKTI ADANYA KEABADIAN?

Muhammad Fakhrurrozi

“…sepertinya saya ada di tempat yang maha luas…saya sendirian…semua warnanya hanya abu-abu, tidak putih tidak hitam…dan di situ saya ndak merasa takut. Saya hanya merasakan ketenangan, kesejukan yang…sepertinya dibandingkan dengan kehidupan yang pernah saya jalani…rasa-rasa itu kualitasnya jauh lebih baik. Jadi ketenangan itu kayaknya bener-bener ketenangan yang hakiki…” (NN, 42, pelaku mati suri). Mati suri? Siapa yang ga kenal dengan kata ini. Jika kita mendengarnya maka yang terbayang adalah seorang yang mati lalu hidup lagi. Namun ternyata mati suri tidaklah hanya berkaitan dengan kondisi itu. Dalam psikologi, mati suri dikenal dengan istilah Near Death Experience (NDE) . Istilah ini dicetuskan pertama kali oleh Raymond Moody pada tahun 1975 dalam bukunya “Life after Life” (Moody, 1976). Buku ini merupakan buku pertama dalam studi tentang NDE di seluruh dunia. Moody memilih istilah NDE setelah mewawancarai 150 orang yang menceritakan suatu pengalaman yang disebutnya “pengalaman mendekati kematian”. Penelitian Moody terhadap sejumlah orang tersebut diawali dengan suatu peristiwa kebetulan di tahun 1965 ketika Moody masih menjadi mahasiswa filsafat di University of Virginia. Ia bertemu dengan seorang profesor psikiatri yang menceritakan pengalamannya saat “mati”.

Pengalaman-pengalaman yang diceritakan itu terkesan sulit dipercaya. Profesor yang dimaksud adalah George Ritchie – kelak pada tahun 1986 Ritchie menuliskan pengalamannya itu dalam buku “Return from Tomorrow”. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Aku pernah Mati” (Ritchie, 1999). Sejak itu Moody sangat terkesan dan tertarik dengan pengalaman mendekati kematian tersebut. Setelah menyelesaikan studi doktoralnya, Moody mulai meneliti pengalaman-pengalaman orang yang sudah dianggap mati secara klinis. Moody lantas mewawancarai 150 orang yang pernah mengalami NDE tersebut.

Subjek penelitiaannya dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Subjek yang telah dinyatakan mati secara klinis oleh dokter. Mati klinis adalah kondisi dimana nafas dan denyut jantung seseorang berhenti tapi masih memungkinkan untuk diaktifkan kembali dengan alat pacu jantung (Williams, 2006).

Soeboer (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mati klinis adalah suatu periode ketidaksadaran yang disebabkan oleh tidak tercukupinya suplai darah ke otak karena sirkulasi darah yang tidak mencukupi, pernafasan atau keduanya.

b. Subjek mengalami kecelakaan atau sakit parah dan kondisinya mendekati kematian.

c. Subjek pernah mati dan menceritakan pengalamannya pada orang lain kemudian orang lain menceritakannya pada Moody. Hal ini berarti Moody mendapatkan data sekunder dari pihak ketiga (significant others). Berdasarkan pengkategorian kelompok subjek tersebut, Moody memfokuskan pada kelompok pertama dan kedua, sedangkan kelompok ketiga hanya bersifat melengkapi.

Hal ini dilakukan dengan beberapa alasan. Pertama, mereduksi jumlah kasus sekaligus mempermudah pengaturan kasusnya. Kedua, mendasarkan informasi lebih pada data primer (kategori ke-1 dan ke-2).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, pengalaman NDE pada kelompok ke-1 (sudah dinyatakan mati klinis) bersifat lebih dramatis dibandingkan dengan kelompok ke-2 (kondisi kecelakaan atau sakit parah yang mendekati kematian). Namun demikian, kasus pada kelompok ke-2 tidak berbeda dengan kelompok ke-1. Hanya saja kondisinya bersifat kontinum dari kelompok ke-2 ke kelompok ke-1.

Studi yang dihasilkan Moody menghasilkan beberapa kesimpulan umum, antara lain:

a.Tidak ada pengalaman NDE yang sama antara satu orang dengan orang lain.

b.Tidak ada seorangpun yang menceritakan suatu pengalaman tunggal. Biasanya mereka akan mengalami lebih dari satu pengalaman.

c.Tampaknya beberapa elemen pengalaman yang muncul dalam cerita subjek, bisa menjadi suatu hal yang universal. d.Setiap elemen pengalaman itu muncul dalam cerita yang berbeda-beda.

e.Tingkatan atau level pengalaman yang dialami subjek berbeda-beda dan sangat bervariasi.

f.Subjek yang telah dinyatakan “mati” memiliki yang lebih beragam dibandingkan subjek yang hanya “mendekati kematian”. Selain itu semakin lama periode NDE seseorang, pengalamannya semakin mendalam.

g.Beberapa subjek tidak bisa mengingat dengan hal-hal yang berkaitan dengan “kematian”nya.

h.Moody merasa tidak bisa menceritakan pengalaman subjeknya dengan lengkap, karena terdapat perbedaan makna (walaupun kecil) dari ungkapan verbal subjek menjadi bentuk tulisan peneliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar