Total Tayangan Halaman

Rabu, 13 April 2011

80% ANAK INDONESIA BERPOTENSI NEGATIVE THINKING SAAT DEWASA

Adiksi pornografi dan kurang nutrisi di masa kecil akan mempengaruhi perkembangan otak manusia saat dewasa. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut, 80 persen anak Indonesia akan lebih banyak berpikir negatif saat dewasa.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Intelegensia Anak, Pusat Intelegensia Kesehatan (PIK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Gunawan Bambang Dwiyanto dalam jumpa pers di gedung Kemenkes, Jumat (7/1/2011).Menurut dr Gunawan, faktor nutrisi merupakan salah satu hambatan utama dalam perkembangan otak depan anak terutama di daerah-daerah tertinggal. Bagian otak tersebut merupakan pusat berpikir, jika tidak berkembang maka kemampuan belajar anak tidak akan maksimal.

Adiksi pornografi juga besar pengaruhnya, sebab kondisi tersebut akan membuat otak tengah lebih aktif dibanding bagian otak lainnya. Aktivitas otak tengah menghadirkan rasa senang, yang jika berlebihan maka akan menghambat bagian lain termasuk otak depan.

Dampaknya, anak yang kecanduan pornografi dan kurang nutrisi cenderung terhambat kecerdasan intelektual maupun emosionalnya. Selain jadi malas belajar, anak-anak itu cenderung akan tumbuh menjadi lebih agresif dan kurang dapat berpikir positif.

“Penelitian yang pernah kami lakukan pada 3.000 anak Indonesia usia SD hingga SMP menunjukkan 80 persen punya potensi untuk berpikir negatif saat dewasa,” ujar dr Gunawan.

Terhambatnya perkembangan kecerdasan anak umumnya juga disertai gangguan pada bagian otal lain yang mengatur kemampuan bergerak, melihat dan mendengar. Penelitian lain yang dilakukan dr Gunawan menunjukkan 50 persen anak yang mengalami ketiga gangguan tersebut punya hambatan juga dalam hal kemampuan belajar.

Agar perkembangan kecerdasan anak bisa optimal, dr Gunawan menyarankan sebaiknya anak-anak dijauhkan dari hal-hal yang belum seharusnya diketahui. Pornografi, baik dalam bentuk visual maupun tulisan membuat anak-anak sulit membedakan fantasi dengan kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar